![]() |
Pembelajaran di Ponpes |
2. Pembentukan Kegiatan Musyawarah Dan Berdirinya Mu'allimat
Problematika pengangguran santri-santri kecil yang semakin marak tersebut
akhirnya menggoreskan perhatian dan kesadaran dari para pengurus, untuk segera
bisa mentisipasi mereka dengan mengerahkan mereka ke suatru kegiatan yang
sesuai dengan kemampuan IQ mereka. Realisasi awal pengantisioasian mereka itu
di arahkan dalam bentuk belajar bersama istilahnya mashur kirtural pesantren
adalah Musyawaroh dengan tingkat awamil, jurmiyahdan imriti yang ber tempat di
masjid Al Istiqomah,kegitan di malam hari yang di motori oleh kang Ja’far
dankang Rohidin beserta pengurus lainya. Kian hari bertambah positif terbentuk
suatu kegiatan dalam bentuk musyawaroh yang akhirnya mampu mendobrakpemikiran
pengurus untuk lebih maningkatan pendidikan santri-santri dengan sistem
madrasah yang didirikan pada tahun 1992 dengan nama : MADRASAH MU’ALIMAT
MAMBA’UL HUDA atas intruksi dari sang
maha guru yang di realisasikan melalui tingkatan kelas yang pada waktu itu
hanya terdapat kelas satu,dua dan tiga yang aktifitasnya dilakukan pada sore
hari tepatnya pukul dua sore, itu juga masih bertempat di pondok putri yang
pada waktu itu masih di pakai oleh Ust. Zainudin Halma (indramayu) sampai tahun
1992 M dan kenudin dialihkan kepada Ust, Afifudin (sander Brebes) hingga tahun
2001 M,dan kamad (kepala madrasah)dilanjutkan oleh Ust, Masruri hingga tahun
2003 M.
3. Berdirinya Mu'allimin
Dari adanya motivasi pendidikan yang bersistem madrasah yang telah
dilakukan oleh santri-santri putri, maka pada tanggal 23 Dzulhijjah 1413 H/1993
M. Para pengurus mengadakan musyawaroh diantaranya Ust.Munir, Ust.Ali Murtado,
Ust.Maftukhin, Ust.Zainuddin, Ust.Mahrus Ali yang bahasanya adalah membentuk
sistem pendidikan madrasah yang membuahkan kesepakatan nama MADRASAH MU’ALLIMIN
MANBA’UL HUDA yang aktivitasnya mulai dilaksanakan hari ahad 27 Dzulhijjah 1413
H/1993 M. Yang waktunya sama seperti kegiatan musyawaroh yaitu malam hari
(ba’da isya) di Masjad yang dikepalai oleh Ust.Mahrus Ali (Pemalang) hingga
tahun 1998 M. Kemudian jabatan kamad diemban oleh Ust.Nu’man Ali Khoir,
kemudian pada tahun 2007 diganti oleh Ust.Nurhamdi sampai pada tahun 2012 di
ganti lagi oleh Ust.H.Thantowi hingga sekarang ini. Bertepatan pada tahun 1998
M sang maha guru membangun Madrasah muallimat yang berlokasi disebelah selatan
mushola manba’ul huda. Sehingga pada tahun 1994 M aktifitas belajar mengajar dialihkan
ke gedung baru. Aktifitas Mu’allimin juga yang tadinya di Masjid dipindahkan ke
gedung MTs manba’ul Huda (sebelah timur gedung Muallimat) hingga tahun 2000
M. Di tahun tersebut aktivitas muallimin
yang tadinya malam harijuga diubah waktunya pagi hari pukul 08.00 WIB sampai pukul 12.00 WIB.
4. Penggantian Nama Mua'allimin - Mu'allimat
Aktivitas pengajian pesantren biasanya waktunya itu disesuaikan dengan
sholat 5 waktu, artinya pada waktu-waktu tersebut sang maha guru membuka
pengajian dalam waktu-wakti itu. Pada waktu ba’da duhur dalam pesantren kita
pada tahun 2002 M. Sang maha guru membaca kitab Attibyan karya Imam Abi
Zakariya bin Syarofudin Annawawi Assyafi’i yang diikuti seluruh santri putra
putri Assalafiyah, ketika pengajian setelah beberapa kali pertemuan pada salah
satu fashal yang didalamnya membahas hukum Ta’lim Muta’alimin faru kifayatin,
disaat sang maha guru membaca kalimat Al-Muta’allimin beliau sekilas bercerita
dan berkomentar, dan akhirnya memberikan suatu anjuran bahwa yang lebih tepat
madrasah kita ini diganti dari Mu’allimin Mu’allimat menjadi Muta’allimin
Muta’allimat.
Komentar dan anjuran sang maha guru tersebut seketiika itu menjadi
bahan perhatian dan pemikiran para santri khususnya para pengurus dan akhirnya
direalisasikan oleh dewan asatid pada harisenin tanggal 2002 M dengan
mengadakan acara yang dihadiri oleh seluruh santri putra maupun putri
Assalafiyah dan juga alumnus Assalafiyah dengan dipadati berbagai acara, dalam
penghujung acara peresmian pergantian nama dipimpin langsung oleh sang maha
guru. Mu’alimin Mu’alimat berganti nama menjadi Muta’alimin Muta’alimat hingga
saat ini.
5. Penggabungan Madrasah Mu'allimin Mu'allimat
Seiring berjalannya waktu banyak memberikan berbagai insvirasi yang
mampu memotivasi ahli anggota dewan astid untuk lebih memajukan aktivitas
belajar mengajar dalam pondok pesantren. bersamaan dengan adanya pemikiran baru
anggota dewan senior kita meninggalkan kamad Muta’allimat karena tuntutan dari
rumah yang mengharuskan beliau meninggalkan pondok pesantren, hingga jabatan
tersebut diemban oleh wakamad (wakil kepela madrasah).
Perpindahan jabatan kamad ke wakamad lambat laun dirasakan juga
kekurangannya baik dari anggota dewan asatid ataupun para siswa/i Muta’allimat
dan akhirnya mengacu pemikiran para anggota dewan untuk segera mengantisipasi
gejolak dalam lembaga pendidikan madrasah.
Gejolak dalam pendidikan yang disebabkan kosongnya jabatan kamad direspon
pula oleh sang maha guru, hingga pada suatu waktu sang maha guru memberikan
komentar yang berisikan anjuran untuk segera mengantisipasinya. Dengan menunjuk
kepala madrasah Muta’allimin untuk mengisi jabatan kamad Muta’allimat, secara
otomatis 2 lembaga yang berbeda dari berbagai manajemennya baik manajemen
pendidikan atau manajemen administrasi dirubah dan dilebur menjadi satu
manajemen. Hal itu suatu wujud realisasi pengantisipasian masalah yang
manajemennya diresmikan melalui musyawaroh mufakat yang dihadiri oleh anggota
dewan pada tahun 2003 M, hasil musyawaroh mufakat pembangunan 2 lembaga menjadi
satu akhirnya berjalan sampai sekarang.
0 komentar:
Posting Komentar